Musholla Merah Al-Ridwan Sesaot, Lombok

Pulau Lombok dijuluki dengan Pulau Seribu Masjid sejak 1970, bermula dari kunjungan kerja Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Effendi Zarkasih. Kala itu, Pak Effendi Zarkasih meresmikan Masjid Jami’ Cakranegara, Kota Mataram. Saat meresmikan, Pak Effendi Zarkasih terkesan sekali dengan banyaknya Masjid dan Musholla di Lombok, sejak itulah julukan Pulau Seribu Masjid diberikan untuk Pulau Lombok. Julukan itu memang wajar mengetahui bahwa terdapat 3.767 Masjid dan 5.184 Musholla di 518 desa dan kelurahan di Pulau Lombok.

Musholla Merah Al-Ridwan

Masjid dan Musholla di Pulau Lombok memiliki sejarahnya tersendiri, seperti Masjid Bayan Beleq yang menjadi sejarah masuknya Islam pertama kali di Pulau Lombok. Begitupun Musholla Merah Al-Ridwan yang menjadi saksi kecintaan seorang Mualaf terhadap Agama Islam. Dibalik keindahannya sebagai spot wisata Religi bagi wisatawan lokal, nasional, maupun mancanegara ternyata Musholla Merah Al-Ridwan menyimpan sejarah yang cukup menarik untuk diketahui.

Lokasi Musholla Merah Al-Ridwan

Musholla Merah Al-Ridwan berlokasi di Jurang Malang, Desa Pakuan Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Lokasinya berdekatan dengan tempat pemandian Sesaot sekitar 5 KM kearah timur.

Sejarah Musholla Merah Al-Ridwan

Mushalla Merah Al-Ridwan dibangun oleh seorang Mualaf keturunan Tionghoa yang bernama Ang Thian Kok dan Istri bernama Tee Mai Fung. Beliau dan Istri tercinta memeluk Islam atas kesadaran sendiri dan beliau mengganti namanya menjadi H. Muhammad Maliki sedangkan Istrinya bernama Hj Siti Marayam. Bentuk kecintaannya kepada Agama Islam membuat H. Muhammad Maliki membangun 3 Musholla yang bentuk bangunannya sama, dengan lokasi : (1). Jurang Malang, Desa Pakuan Sesaot, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, (2). Dusun Sangiang, Desa Langko, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, (3). Kelurahan Selagalas, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram.

Musholla Merah Al-Ridwan
Bpk. H. Muhammad Maliki

Musholla awalnya diberi nama Maliki sesuai nama pendirinya. Namun, hanya bertahan selama 3 (tiga) hari kemudian berganti nama menjadi Musholla Al-Ridwan dengan suatu alasan yang cukup menarik. Pergantian nama Musholla berkaitan dengan sebuah mimpi yang dialami oleh H. Maliki, yaitu disaat pertama kali dikerjakan Musholla tersebut, ia pun bermimpi melihat diirinya brlomba mengambil kelapa muda. Dalam lomba tersebut, ia mendapat juara dan berhasil memecahkan kelapa tersebut kemudian airnya diminum. Anehnya, didalam kelapa muda itu nampak sebuah tulisan ‘Ridwan’. Atas dasar tulisan itu, H. Maliki meminta Pak Satral, Takmir Musholla untuk merubah nama Musholla Maliki untuk menjadi Musholla Al-Ridwan.

Proses Pembangunan Musholla Merah Al-Ridwan

Ide pembuata Musholla Merah Al-Ridwan berawal dari sebuah majalah yang diterbitkan oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) tahun 2009. Dari majalah tersebut, H. Maliki terimajinasi pada sebuah gambar Masjid yang didirikan oleh Yayasan H. M. Cheng Hoo, Surabaya, Jawa Timur dengan sebuah model Masjid berarsitektur China yang unik dan bagus. Akhirnya bagunan Musholla diarahkan oleh H. Maliki dan mengikuti sebuah gambar Masjid berarsitektur China yang ada di Surabaya tersebut.

Keindahan Musholla Merah Al-Ridwan

Musholla Merah Al-Ridwan

Keindahan Musholla Merah Al-Ridwan karena memiliki kontruksi bangunan khas Tionghoa yang menawan dan elegan. Perpaduan warna merah dan kuning keemasan khas China, tampak mendominasi bangunan Musholla ini. Selain itu, letaknya yang berada diatas perbukitan sehingga membuat Musholla ini menjadi lebih tenang dan sejuk. Keuindahan lainnya terdapat taman di bawah Musholla dan di sekitar Musholla, ada sekitar 30 anak tangga yang harus dilalui saat ingin berkunjung ke Musholla dan tangga tersebut berada di antara taman. Musholla ini bukan hanya dijadikan sebagai spot wisata, melainkan sebagai central kegiatan Agama Islam.

Tinggalkan komentar