Kejayaan Kesultanan Bima dimasa lampau memang tidak diragukan lagi kebenarannya. Hal tersebut dibuktikan dengan masih adanya peninggalan dari Kesultanan Bima yang sampai saat ini dapat dilihat, salah satunya kebiasaan masyarakat Bima yang muslimah dalam memakai Rimpu. Seperti apa sih pakaian muslimah suku Mbojo itu ? berikut ini informasinya untuk anda.
Rimpu merupakan pakaian pengganti kerudung (kerudung adalah khimar, bukan jilbab syari) bagi wanita muslimah suku Mbojo yang mendiami kabupaten Bima, kota Bima, dan kabupaten Dompu, propinsi Nusa Tenggara Barat. Budaya Rimpu telah hidup dan berkembang sejak berdirinya Kesultanan Bima.
Rimpu sendiri mengandung nilai-nilai khas yang sejalan dengan kondisi daerah kabupaten Bima, kota Bima, dan kabupaten Dompu yang bernuansa Islam (Kesultanan atau Kerajaan Islam). Rimpu hanya diperuntukkan bagi perempuan sedangkan bagi laki-laki tidak memakai rimpu tetapi Katente (menggulungkan sarung di pinggang).
Sejarah Rimpu
Rimpu muncul setelah Islam masuk dan berkembang di Bima, pada awal berdirinya Kesultanan Bima yakni pada tanggal 15 Rabiul Awal 1050 H atau 5 Juli 1640 M. Dimana dengan berdirinya Kesultanan Bima menjadi momentum bagi perkembangan Islam di Bima.
Ada 2 Macam Rimpu
1. Rimpu Mpida
Rimpu mpida adalah rimpu yang digunakan oleh para gadis Bima yang belum berkeluarga. Rimpu model ini sering disebut cadar ala Bima. Dalam kebudayaan masyarakat Bima, wanita yang belum menikah tidak boleh memperlihatkan wajahnya kepada yang bukan mahramnya.
2. Rimpu Colo
Rimpu colo adalah rimpu yang digunakan oleh ibu-ibu atau wanita yang telah menikah. Rimpu model ini pada bagian wajah sudah dibolehkan untuk terbuka atau kelihatan.
Penggunaan Sarung untuk Rimpu
Sarung yang dipakai untuk rimpu dalam kalangan masyarakat suku Mbojo dikenal sebagai Tembe Nggoli (Sarung Songket), tembe nggoli terbuat dari Kafa Mpida (Benang Kapas) yang dipintal sendiri melalui tenunan khas Bima yang dikenal dengan Muna. Sementara sarung songket memiliki beberapa motif yang indah. Motif-motif sarung songket tersebut meliputi nggusu waru (bunga bersudut delapan), weri (bunga bersudut empat mirip kue wajik), wunta cengke (bunga cengkeh), kakando (rebung), bunga satako (bunga setangkai), dan sarung nggoli (yang bahan bakunya memakai benang rayon).
Keistimewaan Tembe Nggoli
Keistimewaan Tembe Nggoli (kain songket) yakni kainnya hangat, halus dan lembut, tidak mudah kusut, dan warna kain tenunnya tahan (tidak mudah luntur). Saat ini, Tembe Nggoli sudah banyak diproduksi dalam berbagai corak dan motif. Ada yang biasa saja untuk digunakan sehari-hari, dan ada pula yang istimewa yaitu hanya digunakan pada acara seperti untuk tarian adat, kegiatan budaya, dan acara lainnya.
Kain rimpu tidak sembarangan dijual dipasaran. Jika tidak percaya, coba datang ke toko butik terdekat Anda untuk membuktikannya. Carilah kain rimpu langsung ke toko kerajinan di sekitar Dompu.
Cara Memakai Rimpu
Sebagai pakaian lokal suku Mbojo, cara menggunakan rimpu ini sangat mudah, yaitu dengan cara melilitkan 2 kain sarung ke seluruh tubuh. Satu sarung untuk bagian kepala menjulur hingga ke perut, menutupi lengan dan telapak tangan dan satunya lagi dililitkan dari perut hingga ke ujung kaki. Pakaian model ini digunakan karena masyarakat Bima menjunjung tinggi nilai Islam, selain itu fungsinya juga untuk melindungi diri atau menjaga diri ketika beraktivitas diluar rumah.
Seiring berkembangnya zaman dan sudah tersedianya kerudung yang banyak digunakan muslimah mulai dari ibadah shalat sampai ibadah umroh, sehingga Rimpu mulai ditinggalkan oleh masyarakat suku Mbojo, tetapi walau demikian pemakaian Rimpu masih dapat terlihat dalam acara kebudayaan suku Mbojo atau di pasar tradisonal di kabupaten Dompu, kota Bima, dan kabupaten Bima.
Bagi anda yang penasaran dengan pemakaian Rimpu dan ingin melihat secara langsung pemakaian Rimpu masyarakat suku Mbojo disarankan untuk berkunjung langsung ke kabupaten Dompu, kota Bima, atau Kabupaten Bima. Percayakan perjalanan wisata anda bersama jasa sewa mobil Lombok.