Search
Close this search box.

Mengenal Wayang Sasak di Pulau Seribu Masjid

Wayang Sasak – Jika sobat Mobillombok memperhatikan, kita bisa menyaksikan ternyata perubahan dimasyarakat seringkali terjadi karena adanya peran media informasi yang mempengaruhi pola pikir dan pola sikap masyarakat. Mulai dari Rasulullah saw, sebagai pembawa risalah berupa informasi wahyu kepada ummat manusia melalui media tulis yakni Al-Qur’an. Dimasa setelah kemerdekaan Bung Tomo menyampaikan pesan jihad dalam melawan penjajah melalui media radio, yang dengannya masyarakat tergerak dengan semangat membela diri dari serangan penjajah. Bahkan hingga hingga hari ini media sosial dan media informasi digital mampu untuk menggerakkan masyarakat untuk bersikap, berfikir, bahkan bertindak berdasarkan informasi yang diterima dari media-media tersebut.

Pertujukan Wayang Sasak
Pertujukan Wayang Sasak (Sumber: Lombokkita.com)

Demikian pula halnya dengan dakwah, segala sarana dan prasarana yang sifatnya uslub atau teknis praktis bisa digunakan untuk mendukung dalam gerak dakwah. Sebagai contoh Sunan Kalijaga yang memanfaatkan wayang kulit sebagai media dakwah. Pesan dakwah dan nilai-nilai moral islam disampaikan hingga mampu mencerahkan pemikiran dan menyentuh perasaan sehingga para penontonnya memeluk jatuh dalam keharibaan islam.

Adapun di masyarakat Sasak Pulau Lombok berkembang juga pertunjukan wayang kulit yakni wayang kulit sasak yang menjadi seni pertunjukan, sarana hiburan dan dakwah islam. Kali ini kita akan mengulik sejarah asal usul wayang sasak, fungsinya ditengah masyarakat Lombok serta beberapa tokoh-tokoh penting dalam pewayangan.

Asal Usul Wayang Sasak

Agama Islam masuk ke Pulau Lombok pada abad ke 16 Masehi yang dibawa oleh Sunan Prapen, yakni putra dari Sunan Giri. Sunan Giri sendiri, dikenal sebagai penggubah wayang gedog dan konon beliau bersama pangeran Tranggono atau Sultan Kudus menciptakan wayang Kidang Kencana pada tahun 1477 Masehi. Sehingga ada kemungkinan yang membawa wayang kulit ke Lombok adalah Sunan Prapen seiring dengan dakwah beliau menyebarkan dakwal islam.

Ilustrasi wayang Gedog yang digubah oleh Sunan Giri
Ilustrasi wayang Gedog yang digubah oleh Sunan Giri (Sumber: metrum.co.id)

Cerita pewayangan di Pulau Lombok mengambil dari cerita Menak yang berasal dari cerita Amir Hamzah, yakni paman dari Rasullah Muhammad saw. Amir Hamzah dijadikan tokoh sentral dalam pewayangan Serat Menak Sasak. Nama lain dari Amir Hamzah dalam pewayangan adalah Wong Menak (tata kehidupan yang menyenangkan) , Jayeng Rane (kuat di medan atau arena), Jayeng Tinon (pandangan luas jauh kedepan), Jeyeng Palugon (Kuat memakai senjata berat), Jayeng Murti (dapat mengalahkan semua kesaktian) dan Khadimil Alam (yakni gelar setelah kawin dengan putri Roma yang bernama Hisnaningsih.

Peran dan Fungsi Wayang Sasak

A. Wayang Sebagai Alat Dakwah

Sebagai kesenian tradisional yang murah meriah menyentuh hingga kalangan masyarakat bawah menjadi peluang bagi dalang dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat. Dalang berfungsi sebagai “juru penerang” atau dalam bahasa Arab disebut “Dallah” atau pemberi petunjuk arah. Pada masa awal penyebaran islam dalang juga memiliki peran utama sebagai Mubhalig Islam yang menjadikan wayang sebagai sarana dakwah kepada Islam.

Para Mubhalig melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan media yang sudah pernah ada yakni media pewayangan yang menjadi peninggalan Hindu. Dikalangan masyarakat Hindu sendiri wayang hanya dipentaskan untuk kalangan tertentu saja. Dari sisi materi dibuat “Pakem baru” dengan cerita yang bernafaskan islam atau dengan pakem lama namun diselipkan materi-materi keislaman.

Sebagai sarana dakwah kepada Islam Wayang Sasak memiliki nilai filosofi yang cukup mendalam. Hal ini tercermin dari alur cerita yang ditunjukkan. Misalnya diawal pertunjukan kita akan menjumpai layar putih kosong yang dikelilingi oleh warna hitam, menujukkan bahwa pertama-tama Tuhan menciptakan alam semesta ini dalam keaadan kosong tanpa ada sesuatu apapun melainkan Sang Pencipta yang direpresentasikan oleh Dalang.

Ilustrasi asal muasal manusia dalam cerita wayang sasak
Ilustrasi asal muasal manusia dalam cerita wayang sasak (sumber: sasakadie)

Kemudian lampu wayang atau Belencong dinyalakan, menunjukkan alam dan kehidupan didalamnya dapat hidup karena semata-mata Nur atau cahaya dari Ilahi. Wayang Gunung ditampilkan pertama kali yang menunjukkan sebelum kehidupan diciptakan, Tuhan sudah melengkapi sarana dan prasarana yang cukup untuk menunjang kehidupan yang akan hadir. Selanjutnya dimunculkan satu pasang wayang laki-laki dan perempuan sebagai simbol nenek moyang manusia. Begitulah peran Wayang Sasak dalam membangun pondasi dasar dalam keimanan yakni mempercayai dan meyakini bahwa kehidupan kita bersumber dari Tuhan pencipta alam semesta.

B. Wayang Sebagai Media Pendidikan

Sebenarnya peran dakwah dan pendidikan ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Pendidikan merupakan proses dakwah yang berkelanjutan kepada masyarakat. Sehingga fungsi pendidikan disini akan selalu beriringan dengan fungsi dakwah yakni menanamkan nilai-nilai moral dan etika dan pemikiran yang berdasarkan islam, merawat perasaan masyarakat untuk membenci dan menyukai sesuatu karena Islam serta mengadopsi tata aturan atau hukum sesuai dengan islam.

Selain itu dengan alur cerita, karakter dan peran masing-masing tokoh dalam cerita pewayangan bisa menjadi pesan moral yang akan mempengaruhi tingkah laku masyarakat dalam kehidupan sehari. Mereka akan melihat dan meyakini bahwa kebaikan dan moral yang baik akan mendatangkan kebaikan pula bagi si pelaku, sebaliknya kejahatan dan moral yang buruk akan membawa petaka dan penyesalan bagi pelakunya.

C. Wayang Sebagai Media Komunikasi

Saat ini seringkali media wayang dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengkomunikasikan program-programnya hingga tersampaikan kepada masyarakat bawah. Para dalang ditugaskan untuk menjelaskan kepada masyarakat program pemerintah sehingga bisa mendapat dukungan dan apresiasi dari masyarakat. Beberapa contoh, seperti program BLT (Biaya Langsung Tunai), Program Raskin, KB, Wajib belajar 9 tahun dan lain-lain.

D. Wayang Sebagai Hiburan

Wayang Sasak umumnya dipertunjukkan dengan mengambil cerita-cerita yang sederhana dan mudah dicerna oleh masyarakat. Adanya adegan-adegan lucu dan menghibur seringkali menjadi daya tarik bagi masyarakat dengan adanya aksi-aksi dari para lakon Panakawan (rerencek). Emosi masyarakat seolah menyatu dengan alur cerita sehingga seringkali ada masyarakat yang sangat fanatik dengan tokoh pewayangan idolanya. Misalnya, Ia akan kecewa jika tokoh idolanya kalah atau mati dalam pertempuran. Tidak jarang kekecewaan disampaikan kepada Dalang dengan menghampirinya setelah pertunjukan.

Tokoh-Tokoh dalam Pewayangan

Sebagaimana pada cerita pewayangan lainnya yang disertai dengan karakter tokoh yang saling bertentangan maka Wayang Sasakpun diwarnai oleh tokoh antagonis dan protagonis.

A. Tokoh Kanan atau Protagonis

Dikutip dari website Masmirah berikut tokoh kanan yang memerankan tokoh Islam didalam pewayangan sasak:

1. Wong Agung Menak

Tokoh ini mempunyai banyak nama, antara lain, Jayengrana, Jayengdimurti, Jayeng Palugon, Jayeng Satru, Amir Mukminin, Jayeng Laga, dan lain-lain sebagai. Tokoh ini adalah tokoh utama dan pemimpin dari semua tokoh wayang kanan.

2. Umar Maya

Tokoh ini digambar dalam bentuk wayang yang sangat karikatural, badan gemuk pendek, perut buncit, hidung besar bulat, dan giginya hanya satu pada rahang bagian atas. Namun demikian, tokoh ini dilukiskan memiliki sifat-sifat yang baik, mempunyai banyak keahlian dan kesaktian, seperti bisa terbang, bisa menghilang, bisa mengobati berbagai macam penyakit, mampu menulis di atas lempengan besi dengan ujung jarinya. Umar Maya adalah pendamping setia sekaligus pengawal Wong Menak Agung. Di mana Wong Mena berada, di situ pasti ada Umar Maya.

3. Maktal

Tokoh ini putera Raja Asban bin Pandita Maskun, Raja Albania. Maktal ini biasa juga dipanggil dengan nama lain, Suprang Teja. Ia dikenal sebagai sosok yang tenang, tawakkal, dan sangat setia, sehingga ia diangkat sebagai saudara oleh Wong Menak Agung.

4. Tamtanus dan Taptanus

Dua orang tokoh, saudara kembar, putera Raja Adis dari Yunani, yang juga sangat setia, dan karena itu diangkat pula sebagai saudara oleh Wong Menak Agung.

5. Umar Madi

Tokoh ini digambarkan sebagai sangat kuat makan, sehingga badannya gemuk bundar, perut buncit, mata sipit, bergigi hanya satu pada rahang bagian atas. Ia putera Raja Kohkarib, Umar Ikrab. Bersaudara 44 orang, dan secara fisik dia yang terjelek. Namun demikian, dia salah seorang pengikut setia Wong Menak Agung.

6. Selandir/Serandil

Tokoh ini populer juga dengan sebutan Alamdaur. Dia adalah putera Prabu Sadalsah, Raja Sailan. Ibunya bernama Basirin binti Syeh Bakar Abu Meswan, keturunan dari Nabi Idris. Selandir ini digambarkan sebagai sosok yang tinggi besar, tak kenal ampun, karenanya sangat ditakuti oleh lawan/musuh. Senjatanya sebuah gada yang sangat besar, mirip dengan senjatanya Bimasena dalam wayang purwa Jawa-Bali. Ketika lahir, konon, panjangnya 3 (tiga) hasta, sehingga menyebabkan ibunya meninggal seketika.

7. Perus

Tokoh ini, dalam bentuk wayang, kecil mungil. Agaknya karena ia adalah representasi dari rakyat kebanyakan. Dalam komunikasi pengantar tokoh Perus ini menggunakan Bahasa Sasak, berbeda dari tokoh lainnya yang menggunakan Bahasa Kawi sebagai pengantar. Istilah pewayangan, sosok seperti ini sering disebut ponakawan.

B. Tokoh Kiri atau Antagonis

Beberepa tokoh wayang kiri dari Wayang Sasak yakni, Raja Bandar Kale, Ratu Ganda Rini, Patih Yama Geni, Nursiwan, Raden Kindiri, Patih Raden Sungkama, Patih Wayang Sekar, Patih Gagak, jambul Perikak, dan Bale Mati.

Demikian Sobat Mobil Lombok penjelasan terkait sejarah, fungsi dan tokoh-tokoh yang ada di seni pertunjukan Wayang Sasak. Mari mengenal Pulau seribu masjid ini lebih dekat, mulai dari wisata, budaya, kerajinan dan banyak hal lain yang menarik tentang Pulau Lombok. Baja juga artikel kami lainnya seperti, adat presean yang ada di Pulau Lombok atau wisata air terjun yang menarik. Sampai bertemu diartikel selanjutnya.

Tinggalkan komentar